JAKARTA - Pulau Obi di Halmahera Selatan, Maluku Utara, selama ini dikenal luas sebagai kawasan pengolahan nikel terbesar di Indonesia. Namun, di balik geliat sektor tambang, tumbuh pula kisah inspiratif tentang kebangkitan ekonomi masyarakat lewat sektor pertanian.
Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel membuktikan bahwa keberadaan industri tambang dapat berjalan seiring dengan penguatan ekonomi masyarakat lokal. Program ini tidak hanya sekadar membantu, tetapi juga membangun kemandirian petani di Pulau Obi agar memiliki penghasilan yang berkelanjutan.
Perusahaan yang telah beroperasi lebih dari satu dekade ini menjadikan pertanian sebagai sektor unggulan dalam pemberdayaan sosialnya. Para petani lokal kini menjadi mitra strategis Harita Nickel dalam menyediakan bahan pangan bagi ribuan karyawan yang bekerja di kawasan tambang.
Model kemitraan ini membentuk ekosistem ekonomi baru di sekitar Pulau Obi, di mana masyarakat tak lagi bergantung sepenuhnya pada sektor perikanan atau hasil rempah. Sebaliknya, mereka kini memiliki sumber penghidupan baru yang lebih stabil dan berdaya saing.
Petani Lokal Jadi Pemasok Utama Bahan Pangan
Salah satu sosok yang merasakan manfaat langsung dari program ini adalah Siti Marnia, atau yang akrab disapa Nia. Perempuan asal Desa Akegula ini telah menekuni dunia pertanian di Pulau Obi sejak 2015 setelah sebelumnya bertani di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Dengan pengalaman dari program pertukaran petani Indonesia–Jepang tahun 1999–2000, Nia membawa pengetahuan modern dalam bercocok tanam. Ia mulai bekerja sama dengan Harita Nickel pada 2016, dan sejak saat itu kehidupannya berubah secara signifikan.
“Awalnya, masyarakat ragu untuk bertani karena khawatir hasil panen tidak akan terjual. Mereka tidak tahu akan dijual ke mana,” ungkap Nia. Pernyataan ini menggambarkan kondisi awal masyarakat Obi yang cenderung menghindari sektor pertanian karena ketidakpastian pasar.
Namun, setelah melihat keberhasilan Nia menjual hasil taninya ke Harita Nickel dengan harga stabil, pandangan warga setempat mulai berubah. Banyak dari mereka yang sebelumnya menjadi nelayan atau petani rempah kini tertarik mengembangkan pertanian sayuran dan buah-buahan.
Nia dan kelompok taninya kini mampu menghasilkan 4 hingga 6 ton sayuran serta buah setiap bulan. Hasil panen mereka diserap langsung oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan logistik pangan karyawan. “Sekarang yang kami tanam itu ada tomat, semangka, cabai rawit, cabai besar, kacang panjang, terong, dan timun,” jelas Nia.
Transfer Pengetahuan dan Teknologi Pertanian Modern
Program CSR Harita Nickel tidak hanya berhenti pada dukungan pembelian hasil panen. Perusahaan juga aktif memberikan edukasi dan pelatihan kepada petani agar lebih produktif dan efisien.
Para petani diberikan pembekalan mengenai teknik bercocok tanam yang sesuai dengan kondisi tanah Pulau Obi. Mereka diajarkan memilih jenis tanaman yang bernilai jual tinggi dan tahan terhadap cuaca lokal yang cukup ekstrem.
Selain itu, Harita Nickel juga memberikan pelatihan tentang sistem pengairan, pengendalian hama alami, hingga manajemen keuangan usaha tani. Tujuannya agar kelompok petani mampu mengelola usaha mereka secara profesional dan berorientasi bisnis.
“Bantuan ini sangat berharga, terutama dari sisi pengetahuan tentang pengelolaan tanaman dan pencatatan hasil panen,” ujar Nia. Ia menilai, pendampingan yang dilakukan perusahaan membantu petani memahami rantai bisnis pertanian secara menyeluruh.
Sebagai bentuk dukungan nyata, Harita Nickel turut membangun fasilitas greenhouse untuk penanaman sayuran seperti sawi putih. Fasilitas ini memungkinkan petani melakukan budidaya yang lebih terkontrol, terutama di musim hujan yang sering menyulitkan pertanian terbuka.
Dampak Sosial dan Ekonomi yang Semakin Terasa
Keberhasilan program kemitraan ini tidak hanya mengubah wajah pertanian di Pulau Obi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata. Banyak keluarga yang kini memiliki penghasilan tetap dari hasil bertani, sementara konsumsi pangan lokal pun meningkat secara signifikan.
Selain membantu menciptakan kemandirian ekonomi, program CSR Harita Nickel juga memperkuat ketahanan pangan di daerah tersebut. Hasil pertanian dari kelompok tani lokal mampu memenuhi kebutuhan bahan makanan harian ribuan pekerja tambang di kawasan industri Obi.
Perubahan ini menciptakan efek domino positif bagi perekonomian lokal. Aktivitas pertanian membuka peluang kerja baru, baik dalam sektor distribusi, pengolahan hasil panen, maupun logistik. Dengan begitu, roda ekonomi desa terus berputar dan kualitas hidup masyarakat meningkat.
Tidak hanya itu, Harita Nickel juga mendorong tumbuhnya kelompok petani perempuan. Langkah ini memperluas partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi desa sekaligus memperkuat peran perempuan di sektor produktif.
Dengan terus berkembangnya pertanian di Pulau Obi, Harita Nickel berhasil menepis anggapan bahwa industri tambang hanya meninggalkan dampak lingkungan. Justru sebaliknya, perusahaan membuktikan bahwa kegiatan pertambangan dapat menjadi katalis pembangunan berkelanjutan jika diiringi dengan komitmen sosial yang kuat.
Kolaborasi Berkelanjutan Menuju Masa Depan Hijau Pulau Obi
Keberhasilan program CSR di Pulau Obi kini menjadi model inspiratif bagi wilayah tambang lainnya di Indonesia. Harita Nickel menunjukkan bahwa kolaborasi antara perusahaan dan masyarakat bisa menghadirkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Pendekatan yang dilakukan tidak hanya bersifat karitatif, melainkan transformatif—menciptakan nilai ekonomi jangka panjang bagi masyarakat. Melalui pendampingan berkelanjutan, para petani lokal kini memiliki kemampuan untuk mengelola lahan secara mandiri, produktif, dan berkelanjutan.
Kemandirian ini juga berdampak pada munculnya rasa percaya diri baru di kalangan masyarakat Obi. Mereka tidak lagi hanya bergantung pada sumber daya alam non-renewable, tetapi mulai menatap masa depan dengan potensi sektor hijau yang menjanjikan.
Dengan strategi yang terintegrasi antara kegiatan tambang dan pemberdayaan sosial, Harita Nickel memperlihatkan bagaimana perusahaan dapat menjadi motor perubahan positif. Keberhasilan program pertanian di Pulau Obi menjadi bukti bahwa tanggung jawab sosial korporasi mampu menggerakkan transformasi ekonomi di wilayah terpencil.
“Secara keseluruhan, apa yang kami capai bersama masyarakat Obi adalah hasil kerja sama dan komitmen bersama untuk tumbuh,” ujar Nia menutup perbincangan dengan penuh harap. Semangat kolaborasi ini menjadi cermin masa depan Pulau Obi yang lebih sejahtera dan berkelanjutan.
 
                    
 
             
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                
             
                
             
                                                      
                                                    
                                                      
                                                    
                                                      
                                                   