JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut negosiasi pengadaan base fuel antara Shell Indonesia dan Pertamina Patra Niaga masih berlangsung di level manajemen puncak. Direktur Jenderal Migas Laode Sulaeman menegaskan belum menerima laporan terbaru dari pembahasan kedua pihak.
“Saya belum dapat info. Soalnya mereka komunikasinya itu ke high level langsung,” ujar Laode di Kementerian ESDM, Senin, 1 Desember 2025. Proses ini menunjukkan bahwa kesepakatan bisnis berlangsung secara strategis tanpa intervensi langsung dari pemerintah dalam detil operasional.
Persiapan Pengadaan BBM Nasional 2026
Di tengah proses negosiasi itu, pemerintah sudah mulai mempersiapkan kebutuhan pengadaan BBM untuk tahun 2026. Laode menekankan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi memastikan ketahanan energi nasional.
“Kita sekarang lagi ngurus 2026,” katanya. Pemerintah ingin agar stok dan distribusi BBM tetap lancar, meskipun perjanjian komersial antara Shell dan Pertamina masih dalam tahap finalisasi.
Kesepakatan Komersial Shell-PT Pertamina
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung sebelumnya mengungkapkan bahwa pengiriman kargo untuk Shell telah melalui kesepakatan komersial antar kedua belah pihak. Kargo dijadwalkan tiba di titik serah pada 24 atau 25 November 2025.
“Untuk Shell, ini sudah terdapat kesepakatan dengan Pertamina. Direncanakan tanggal 24 atau 25 sudah sampai di titik serah,” ujar Yuliot. Volume yang diserap Shell disebut mencapai kisaran 100.000 barel, sesuai kontrak business-to-business (B2B) yang disepakati.
Respon Shell Indonesia
Shell Indonesia menegaskan bahwa pembahasan B2B terkait pasokan impor base fuel dari Pertamina Patra Niaga sudah memasuki tahap akhir. President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, menyampaikan bahwa proses negosiasi berlangsung dengan cermat untuk memastikan kelancaran pasokan.
Langkah ini menunjukkan komitmen kedua perusahaan dalam menjaga rantai pasok BBM nasional tetap stabil. Shell juga menegaskan kesepakatan ini bertujuan memenuhi kebutuhan industri dan konsumen di Indonesia secara berkelanjutan.
Dampak Negosiasi terhadap Ketahanan Energi
Negosiasi ini menjadi penting karena base fuel merupakan komoditas strategis untuk operasional sektor transportasi dan industri. Pemerintah melalui Kementerian ESDM terus memantau agar kesepakatan ini tidak mengganggu stok dan distribusi BBM di seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, koordinasi antara Pertamina dan Shell juga menjadi contoh sinergi B2B yang mampu mendukung ketahanan energi nasional. Kesiapan stok tahun 2026 menjadi prioritas agar pasokan energi tetap aman menghadapi fluktuasi permintaan di pasar domestik.
Prospek Pengadaan BBM Tahun Depan
Dengan negosiasi yang hampir selesai, pemerintah menaruh harapan agar proses pengadaan BBM tahun 2026 berjalan lancar. Persiapan sejak dini akan mempermudah manajemen distribusi dan menjaga harga tetap stabil.
Kementerian ESDM juga menekankan pentingnya transparansi dan koordinasi antar perusahaan dan regulator. Hal ini bertujuan memastikan keamanan energi nasional tanpa mengganggu kepentingan industri maupun konsumen.
Meski negosiasi antara Shell dan Pertamina masih berlangsung di level top management, semua pihak menunjukkan kesiapan menghadapi kebutuhan BBM 2026. Pemerintah, Shell, dan Pertamina terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas pasokan base fuel di Indonesia.
Kesepakatan yang akan tercapai diharapkan memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus memastikan industri dan konsumen tidak terganggu. Strategi ini menjadi langkah penting dalam mengelola pasokan BBM secara berkelanjutan di tahun mendatang.