BMKG Ingatkan Risiko Cuaca Ekstrem dan Bibit Siklon Tropis Jelang Nataru

Selasa, 02 Desember 2025 | 12:33:55 WIB
BMKG Ingatkan Risiko Cuaca Ekstrem dan Bibit Siklon Tropis Jelang Nataru

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang bertepatan dengan momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru). Informasi ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nataru pada Senin, 1 Desember 2025, guna memperkuat kesiapsiagaan nasional menjelang puncak mobilitas masyarakat.

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menyebut jenis bencana yang dominan antara lain hujan ekstrem, angin kencang, petir merusak, puting beliung, hujan es, dan jarak pandang terbatas. Fenomena tersebut berpotensi mengganggu penerbangan, pelayaran, dan aktivitas transportasi umum di berbagai wilayah.

Faktor Penyebab Intensitas Cuaca Ekstrem

BMKG memprediksi curah hujan tinggi akibat aktifnya Monsoon Asia pada minggu kedua Desember 2025 hingga awal Januari 2026. Fenomena anomali atmosfer seperti Madden Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan Rossby Equator turut memicu hujan ekstrem di beberapa daerah.

Selain itu, seruak dingin Siberia memperkuat intensitas hujan dan meningkatkan risiko banjir di wilayah rawan. BMKG juga memperingatkan potensi tumbuhnya bibit siklon tropis di perairan selatan Indonesia, yang perlu diwaspadai oleh masyarakat.

Daerah- daerah yang Waspada Bibit Siklon Tropis

Beberapa wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan antara lain Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa-Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua Selatan, dan Papua Tengah. Meski Indonesia umumnya tidak berada pada jalur siklon, anomali cuaca dapat mengubah pola tersebut secara signifikan.

Fenomena Siklon Senyar sebelumnya di Aceh menjadi bukti nyata dampak cuaca ekstrem yang dapat menimbulkan hujan ekstrem lebih dari 380 mm per hari. Masyarakat di daerah rawan harus meningkatkan kesiapsiagaan dan memantau informasi cuaca secara berkala.

Prakiraan Intensitas Curah Hujan Akhir Tahun

BMKG memprakirakan pada periode 28 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026 hampir seluruh wilayah Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan berpotensi mengalami hujan tinggi hingga sangat tinggi. Intensitas curah hujan diperkirakan berada di kisaran 300–500 mm per bulan, yang dapat memicu banjir bandang maupun luapan sungai.

Selain itu, potensi banjir rob perlu diwaspadai di pesisir Jakarta, Banten, dan Pantai Utara Jawa Barat. Fenomena ini diperkuat oleh fase perigee dan bulan purnama pada pertengahan Desember, yang menambah risiko pasang laut ekstrem.

Operasi Modifikasi Cuaca untuk Mitigasi Bencana

BMKG bekerja sama dengan BNPB menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di beberapa bandara, termasuk Sultan Iskandar Muda (Aceh), Kualanamu (Sumatra Utara), dan Padang. Tujuan operasi ini untuk menurunkan hujan di wilayah tidak terdampak atau mencegah hujan di zona rawan bencana, dengan menggunakan penyemaian NaCl atau Calcium Oxide.

OMC hanya dapat dilakukan jika gubernur menetapkan status siaga darurat. Tanpa status siaga, operasi tidak bisa dijalankan karena biaya dan risiko yang tinggi, sehingga koordinasi dengan pemerintah daerah menjadi kunci keberhasilan.

Kesiapsiagaan Masyarakat dan Sektor Transportasi

BMKG menekankan masyarakat dan sektor transportasi harus memperhatikan prakiraan cuaca ekstrem menjelang Nataru. Kesiapsiagaan ini meliputi peringatan dini, pemantauan debit sungai, dan mitigasi potensi banjir atau angin kencang.

Pihak pelabuhan dan bandara juga diminta menyesuaikan jadwal operasional. Keamanan transportasi umum menjadi prioritas untuk mengurangi risiko kecelakaan akibat jarak pandang terbatas atau hujan lebat.

Waspada Cuaca Ekstrem di Akhir Tahun

Peringatan BMKG menjelang Natal dan Tahun Baru menekankan pentingnya koordinasi pemerintah, masyarakat, dan sektor transportasi. Intensitas hujan tinggi, angin kencang, dan potensi bibit siklon tropis menjadi faktor risiko yang tidak bisa diabaikan.

Kesiapsiagaan dini melalui pemantauan cuaca, OMC, dan edukasi masyarakat dapat mengurangi dampak bencana. Pendekatan terpadu ini menjadi langkah penting menjaga keselamatan publik dan kelancaran mobilitas masyarakat selama libur akhir tahun.

Terkini